Senin, 28 Januari 2013

Jupe: Semua Lagu Yang Gue Bawain Pasti Terlihat Seksi!

Jupe: Semua Lagu Yang Gue Bawain Pasti Terlihat Seksi!ekat dengan imej seksi, Julia Perez langsung diserbu pertanyaan oleh para wartawan tentang single barunya yang berjudul Boleh. Banyak yang penasaran apakah penyanyi yang akrab disapa Jupe ini bakal tetap menyuguhkan nuansa seksi di single tersebut.
Menurut Jupe, lagu Boleh sebenarnya tidak bernuansa seksi. Namun karena yang membawakan adalah dirinya, maka lagu itu bakal terlihat seksi.
Jupe @foto: KapanLagi.com®J
"Nggak ada. Semua lagu kalau gue yang bawain pasti kelihatan seksi. Tapi kalau giliran orang lain pasti nggak," tutur Jupe ketika dijumpai di Bilangan Pondok Gede, Jakarta Timur, (26/1).
Dalam kesempatan itu wanita kelahiran 15 Juli 1980 ini menjelaskan bahwa ia bakal lebih aktif di dunia musik. Bahkan ia berencana merilis single setiap bulan.

Alasan Artis Memakai Narkoba?

Alasan Artis Pakai Narkoba Adalah Biar Selalu Tampil Prima
Liputan6.com, Jakarta : Kasus artis atau selebritas yang tertangkap karena memakai narkoba sudah tidak terhitung jumlahnya. Selain karena awalnya coba-coba akibat pergaulan, pakai narkoba juga ternyata untuk mendukung artis agar selalu tampil prima.

Hampir semua orang tahu kalau narkoba sangat berbahaya untuk diri sendiri. Hanya saja, banyak orang yang tidak mengetahui seberapa besar bahaya yang ditimbulkan apabila ia terus menerus mengonsumsi narkoba.

Sebenarnya, apa sih yang membuat seorang public figure dekat dengan narkoba dan memilih untuk mengonsumsinya?

Menurut Psikolog dan Dosen Universitas Indonesia (UI), Dian Wisnuwardhani, M. Psi banyaknya artis yang menggunakan narkoba karena artis tersebut harus tampil prima di depan layar televisi dan membuatnya kuat dan tahan dalam menjalani seabreg aktivitasnya.

"Banyak artis mengonsumsi zat adiktif karena itu dapat membuat mereka melek dan bangun terus. Artis itu terpaksa mengonsumsi zat adiktif, karena mereka harus terlihat prima, harus ON terus, terlebih lagi dengan jadwal mereka yang padat, misalnya saja stripping," kata Dian saat dihubungi Liputan6.com, Senin (28/1/2013)

Karena alasan seperti itulah yang membuat para artis sangat rentan dan dekat dengan barang haram tersebut. Terlebih lagi seorang artis dituntut untuk selalu tampil oke.

Profesi artis saat ini memang sedang digandrungi banyak orang karena artis identik dengan anyak uang, kehidupan serba berkecukupan, serta diidolakan dan menjadi panutan banyak orang.

Jika seseorang ingin memilih hidup sebagai seorang artis, menurut Dian, hindarilah untuk hidup berdekatan dengan barang haram tersebut agar hidup ke depannya jauh lebih baik

Raffi Ahmad Ditangkap Karena narkoba


Jakarta - Raffi Ahmad saat ini masih menjalani pemeriksaan di kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Cawang, Jakarta Timur karena dugaan kepemilikan narkoba. Mantan kekasihnya, Yuni Shara belum terlihat datang menjenguk.

Dari pantauan detikHOT, Yuni Shara tengah asyik melakoni syuting video klip single terbarunya berjudul 'Gantengnya Pacarku' di Otelobby, Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (28/1/2013) siang.

Yuni nampak cantik mengenakan dress warna hitam. Di lokasi syuting tersebut mantan suami keduanya, Henry Siahaan juga terlihat hadir.

Tak hanya itu, KD dan Raul Lemos serta ibunda Yuni juga terlihat di lokasi. Selain itu, ada pula penyanyi Christina, Tamara Geraldine, Femmy Permatasari, Cindy Claudia Harahap, serta Thomas Djorgi.

KD dan para artis tersebut ternyata ikut terlibat menjadi model video klip lagu bernuansa ngebeat yang dipopulerkan pedangdut Nini Carlina itu. Mereka pun terlihat melakoni adegan berdansa dalam sebuah pesta

Artis Terjerat Narkoba?


image

DAFTAR
kasus narkoba yang menjerat kalangan artis makin panjang, saat kemarin (27/1), Badan Narkotika Nasional (BNN) menggrebek rumah salah satu artis muda Indonesia yang wajahnya tengah rajin mengisi layar kaca, Raffi Ahmad. BNN mengaku sebelumnya memang telah mengendus rumah ini sekitar tiga bulan lamanya karena terdapat laporan, kerap dijadikan pesta narkoba. Benar saja, barang bukti barang haram ditemukan. Berupa dua linting ganja dan 14 butir kapsul MDMA (jenis ekstasi).
"Jadi anggota kami sudah lama mengendus aktivitas sekelompok artis yang melakukan pesta narkoba. Kita sudah dalami selama 3 bulan akhirnya subuh tadi anggota kami melakukan penangkapan dan penggeledahan salah satu artis RA," ujar Deputi Penindakan BNN, Benny Mamoto.
Bersama 17 rekannya, sang pemilik rumah diamankan. Ke empat diantaranya adalah artis, yaitu Wanda Hamidah, Zaskia Sungkar, Irwansyah, dan Raffi Ahmad sendiri. Yang belakangan, usai dilakukan tes urin, hasilnya ke empat artis ini tidak positif mengkonsumsi narkoba. Hanya lima tamu lainnya yang ada di rumah Raffi yang positif mengkonsumsi ganja dan MDMA.
"Lima orang dinyatakan positif. Jadi, ada dua orang positif ganja. Ada dua orang lagi positif menggunakan MDMA. Ada satu yang positif menggunakan keduanya," ungkap Kepala Humas BNN Kombes Pol Sumirat Dwiyanto di kantornya, Cawang, Jakarta Timur, Minggu (27/1).
Terjerat
Walau terbukti melalui tes urin tidak mengkonsumsi narkoba, barang haram ini masih bisa menjerat Raffi Ahmad. Tes mendalam akan dilakukan, seperti pada darah, rambut dan lainnya. Kemungkinan Raffi dan temannya masih akan ditahan selama 3 x 24 jam, dan bisa diperpanjang selama periode 3 x 24 jam lain karena penyidik belum menetapkan ada tersangka.
Selain itu, narkoba yang terdapat di rumah artis ini secara tak langsung ikut-ikutan menjerat sang artis. "Tes urine hanya salah satu. Kami masih tentukan status siapa yang menyediakan tempat, siapa yang membawa narkoba, siapa yang mengundang sampai semua berkumpul di sana," kata Sumirat.
Bila sebatas mengkonsumsi akan direhabilitasi sejak penyidikan. Beberapa kriteria penyalahgunaan narkoba, kata Benny, adalah tertangkap tangan dan tes urin positif, memiliki barang bukti untuk konsumsi satu orang per hari, dan ada assesment. Tetapi lain lagi jika terlibat jaringan. "Sepanjang mereka hanya mengkonsumsi ya, tidak terlibat jaringan (tak diproses hukum). Kalau terlibat jaringan, akan ada proses hukum," terang Benny.
Gaya Hidup
Membuka lembaran kasus lama tentang artis yang terjerat kasus narkoba, Pengamat kriminal Neta S Pane dari Indonesian Police Watch (IPW) mengatakan narkoba yang masuk ke kalangan artis tidak hanya berasal dari luar dunia artis saja. Menurutnya tak jarang pengedar dari kalangan artis itu sendiri. "Awalnya mungkin dari pengedar biasa. Namun, saat ekspansi, artis sendiri lah yang mengedarkan narkoba itu sendiri," ujar Neta, Senin (28/1).
Beberapa sebabnya, dikatakan Neta, umumnya diedarkan oleh artis yang memang rutin mengkonsumsi narkoba, tak punya uang, serta tengah sepi tawaran kerja.
"Mereka memanfaatkan koneksi serta hubungan pertemanan yang telah terbentuk. Hal itu memudahkan pengedaran narkoba karena ada rasa sungkan sebagai teman," ujar Neta menjelaskan.
Perputaran uang yang relatif besar dan cepat dalam bisnis barang haram ini juga menjadi daya tarik, mengapa narkoba mudah sekali beredar di kalangan artis. Jaringan artis yang luas dan honornya yang tinggi menambah daya tarik bagi pengedar narkoba.
Dikatakan pula oleh Deputi Penindakan Badan Narkotika Nasional, Benny Joshua Mamoto, penggunaan narkoba di kalangan artis jadi semacam gaya hidup. "Ini semacam gaya hidup," kata dia, Minggu (27/1).
Menurutnya, berdasarkan pengalaman BNN, kebanyakan artis mengatakan mereka memakai narkoba untuk mendongkrak rasa percaya diri. "Kami temukan juga artis yang kurang pede tampil kalau tidak memakai itu." katanya.
Beberapa narkoba yang mudah ditemukan dan dikonsumsi:
1- Ganja
Sebenarnya adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, lebih dikenal karena kandungan zat narkotika, THC (Tetra Hydro Cannabinol) pada bijinya yang jika dikonsumsi membuat pemakainya mengalami rasa senang atau euforia berkepanjangan tanpa sebab. Berbentuk daun, ganja yang sudah dikeringkan dan umumnya dikemas dalam bentuk lintingan seperti rokok.
Efeknya pada fisik orang yang mengkonsumsi yaitu kantung mata membengkak dan merah, pendengaran berkurang dan sering terlihat bengong dan pandangan kabur. Memberikan efek halusinasi dan perasaan senang yang berkepanjangan, membuat pemakainya seringkali tertawa tanpa sebab, sulit untuk berkonsentrasi, menjadi cuek terhadap diri dan lingkungannya.
Si pemakai akan merasa malas dan sulit berpikir. Namun berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, ganja diklaim sebagai pereda rasa sakit dan pengobatan kanker, selain itu juga menimbulkan lonjakan kreativitas pada si pemakainya.
2- Heroin dan putaw
Dihasilkan dari getah buah candu. Bentuknya yang kristal dan berwarna putih, heroin menyebabkan kecanduan. Harganya mahal. Dikonsumsi kaum berduit dan jarang oleh remaja.
Efek pada pemakai, bila sakaw biasanya mengalami depresi berat, rasa lelah berlebihan, gelisah dan rasa gembira yang juga berlebihan. Mengkonsumsi ini secara rutin mengakibatkan tekanan darah meningkat dan terjadi penyumbatan pembuluh darah serta merusak fungsi saraf yang bisa berujung pada kematian.
3- Ekstasi
Bernama medis methylenedioxy-N-methylamphetamine (MDMA), ekstasi adalah adalah senyawa kimia yang sering digunakan sebagai obat rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat aktif. Berbentuk pil-pil kecil seukuran kancing. Penggunaannya ditelan atau dikunyah seperti obat, sering juga dicampur ekstasi ke dalam minuman agar cepat bereaksi dalam tubuh.
Efek pada pemakainya selalu gembira dan sering tertawa, bahkan terhadap sesuatu yang tidak lucu sekalipun. Bila dipakai terus menerus juga akan merusak organ-organ tubuh dan sistem syaraf.

Kamis, 24 Januari 2013

I Saw The Devil: Iblis Yang Nyata

PERINGATAN! Film yang akan kami ulas berikut ini bukanlah untuk penonton yang gampang mual atau mempunyai jantung yang lemah. Ini bukan sekedar Hollywood slasher flick dengan pemeran model berpakaian minim dan adegan pembunuhan yang terkesan memuaskan dan keren.The Last House on the Left (2009) dan I Spit on Your Grave (2010) garapan Hollywood tampak seperti film ringan apabila diperbandingan dengan film Korea Selatan ini.
I Saw The Devil produksi tahun 2010 yang di sutradara Kim Jee-Won (A Tale of Two Sisters, 2003) sudah melalui tujuh tahap pemotongan skenario yang dipaksa badan sensor Korea Selatan agar dapat layak ditayangkan di sinema. Hasilnya pun masih banyak dengan adegan penuh kekerasan dan penganiayaan brutal yang membuat miris (terutama wanita) sehingga anda tak akan bisa duduk tenang selama menonton.
Masih penasaran dengan film ini walaupun resikonya akan menghantui pikiran anda? Baiklah.

I Saw The Devil tidak dimulai dengan muluk-muluk. Di sebuah jalan pedesaan yang terisolasi, seorang wanita muda bernama Joo-Hyun (Oh San-Sa) terjebak di malam bersalju lebat karena mobilnya mogok. Sambil menunggu bantuan, sebuah mobil lewat. Muncul sosok asing bertampang lusuh yang menghampirinya dan menawarkan bantuan. Entah karena tidak kenal dan tidak ingin merepotkan, atau mungkin tidak nyaman dengan pandangan mata pria bernama Kyung-Chul (Choi Min-Sik) tersebut, Joo-Hyun dengan sopan menolak bantuannya.
Pria misterius itu pun kembali ke dalam mobilnya. Tak disangka tiba-tiba Kyung-Chul kembali mendatangi mobil Joo-Hyun dan serta merta membabi buta menghancurkan kaca mobil. Setelah berhasil membobol masuk, dengan bengis Kyung-Chul menghajar wanita malang itu dengan palu tanpa ampun.
Itulah adegan pembuka dalam film
I Saw The Devil.
Pertanyaan pertama yang muncul dari benak penonton bisa dipastikan: 'Kenapa?'. Kyung-Chul sesungguhnya adalah seorang psikopat berbahaya yang menggemari aksi pembunuhan sebagai rekreasi semata. Dengan ganas dia telah membunuh belasan korban dari wanita hingga anak-anak dengan cara-cara yang tak terbayangkan. Dari kekerasan seksual hingga tindakan mutilasi, Kyung-Chul tidak pernah tanggung-tanggung dalam mengeksekusi semua korbannya.
Mungkin sudah nasibnya Kyung-Chul sebagai pembunuh berantai yang tak pandang mata memilih korban, Joo-Hyun yang baru ia bunuh adalah putri mantan kepala polisi dan calon suaminya Soo-Hyun (Lee Byung-Hun) adalah seorang agen rahasia. Menemukan mayat calon istrinya dalam kondisi mengenaskan di sebuah sungai, Soo-Hyun bersumpah akan memberikan rasa sakit seribu kali lipat yang dirasakan sang tunangan kepada orang yang telah membunuhnya.

Disinilah sebenarnya kisah I Saw The Devil dimulai. Dengan bantuan sang calon mertua yang masih mempunyai akses data kepolisian, Soo-Hyun mendapat intel sejumlah calon tersangka yang mempunyai sejarah kriminal dengan motif yang diperkirakan cocok. Setelah satu per satu ditelusuri, Soo-Hyun akhirnya menemukan bahwa Kyung-Chul adalah pelakunya, dan merencanakan aksi balas dendam.
Pengejaran Soo-Hyun akhirnya mengantarkannya pada Kyung-Chul di tengah-tengah aksinya 'menyantap' salah satu calon korbannya, dan tanpa banyak buang waktu, ia pun menghajar Kyung-Chul habis-habisan. Disinilah I Saw The Devil membuktikan bahwa film ini bukanlah film balas dendam yang tipikal, dimana sang sutradara memutuskan untuk memberikan twist cerita yang cukup menarik -- saat akhirnya Kyung-Chul tidak sadarkan diri, di luar dugaan Soo-Hyun ternyata memutuskan untuk membiarkan Kyung-Chul hidup, bahkan membekalinya dengan sejumlah uang untuk bertahan.
Rasa duka mendalam seorang pria yang kehilangan wanita yang dicintainya karena dibunuh rupanya menghantam akal sehat Soo-Hyun, sehingga tekad balas dendam yang sudah sangat menggebu bukanlah sesuatu yang mudah ditahan. Sosok Soo-Hyun yang sedang rapuh ini pun dengan mudah terlahap sisi tergelap jiwanya sendiri. Soo-Hyun tak ingin membunuh Kyung-Chul begitu saja, karena kematian yang instan tidak setara dengan siksaan yang mungkin dialami mendiang Joo-Hyun. Ia ingin melancarkan balas dendamnya secara perlahan-lahan, dengan memberikan rasa teror serupa pada Kyung-Chul melalui penyiksaan bertahap.

Amanat sutradara Jee-woon Kim dalam I Saw The Devil tentunya bukan sekedar tentang kisah balas dendam yang umum, namun memiliki jalur cerita yang lebih mendalam. Film ini dengan baik mempertanyakan faktor apakah yang menciptakan suatu monster. Sang antagonis Kyung-Chul bukanlah seorang pembunuh berantai yang umum.
Tumbuh dari lingkungan pemukiman terbengkalai yang dalam kenyataannya merupakan hal yang umum di Korea Selatan, terlahirlah sebuah sosok monster yang cerdas, sadis, dan tak mengenal rasa takut. Kegemaran dan caranya dalam menyiksa korban pun membenarkan kita untuk mendukung balas dendam Soo-Hyun. 
Namun, dengan metode balas dendam yang ia pilih, Soo-Hyun terlihat seakan mulai menikmati permainan kucing dan tikus yang brutal ini, dan perlahan jadi serupa dengan sosok "setan" Kyung-Chul yang ia benci.
Pertarungan antara dua karakter ini berhasil dengan begitu sempurna diciptakan oleh dua pemerannya. Sebagai Soo-Hyun, aktor Lee Byung-Hun mampu memberikan gambaran tepat seorang agen rahasia terlatih yang terguncang karena kematian sang tunangan. Yang awalnya digambarkan tegas namun romantis, terlihat dengan jelas transisinya menjadi pembalas dendam yang tidak memiliki belas kasihan.
Lee juga mendapatkan lawan main yang juga tak kalah 'ganas' yakni Choi Min-sik yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya aktingnya. Terkenal dengan peran utamanya di film Old Boy (2003), aktor yang sudah eksis sejak tahun 1989 ini mempunyai daya hipnotis dalam memperagakan karakter berdarah dingin yang memikat sebagaimana Anthony Hopkins sebagai Hannibal Lecter di THe Silence Of The Lambs (1991). Walau karakter Kyung-Chul minim dialog, namun segala gejolak perasaan dan emosi mampu diekspresikan dengan baik hanya dengan permainan mata dan bibir yang didukung oleh sinematografi yang elok.
evil vs. evil
Tak ada batas hitam dan putih atau "hero" dan "villain" dalam film ini. Kita hanya diberi pencerahan secara realistik atas kemampuan manusia untuk menerobos batas-batas manusiawi, sehingga keyakinan apa yang benar atau salah diserahkan seluruhnya kepada naluri hati penonton. Tidak heran kalau banyak pihak yang tidak senang dengan tingkat kesadisan film ini. Jika anda adalah penonton yang nyaman melihat gambaran realistis pembunuh berantai yang sesungguhnya, anda pasti akan mengapresiasi I Saw The Devil dan memahami mengapa film ini patut dihargai sebagai film thriller terbaik sejak beberapa tahun ini

Step Up 3D: Lupakan Jalan Cerita, Nikmati Saja Tariannya



  Bagi penggemar berat film dance ataupun hip-hop lovers, tahun 2010 ini tampaknya dapat memberikan kepuasan tersendiri dengan hadirnya 2 film bertemakan dance. Yang pertama Street Dance 3D, dan yang kedua adalah Step Up 3D. Dari 2 film ini, seolah menandakan bahwa era 3 dimensi mulai memasuki industri musik dunia.
Masih setia dengan tema kehidupan penari jalanan, Step Up 3D kembali menampilkan beberapa wajah-wajah lama yang pernah bermain sebelumnya pada Step Up 2. Sebut saja Adam G. Sevani yang dulu berperan sebagai Moose, kini menjadi tokoh kunci dalam film Step Up 3D. Moose yang diceritakan berkuliah di Universitas New York akhirnya kembali terlibat dengan kelompok penari jalanan bernama ‘Pirates’.
Sepertinya mudah menebak jalan cerita film ini, karena konflik yang dihadirkan tak lebih dari persaingan dua kelompok penari jalanan yang sama-sama ingin memenangkan sebuah kompetisi* dance* bergengsi. Anda tidak perlu menonton 2 film sebelumnya untuk mengerti cerita film ini. Walaupun ada sekuel dari film Step Up 1 *dan *2, jalan cerita film ini tidak terlalu berhubungan dengan film sebelumnya. Jalan ceritanya sendiri cenderung mudah ditebak, dan ‘klise’!
But wait, this movie is not all about the story...
Yup*, kita nonton film ini bukan untuk menikmati jalan ceritanya, tapi lebih pada aksi dance yang sangat menghibur dengan hentakan musik hip-hop yang dapat membuat kita bersemangat. Apalagi format 3D dalam film ini mempunyai kelebihan tersendiri. Malah bisa dibilang 3D menjadi ‘penunjang utama' dalam film berdurasi satu jam setengah ini.
Terasa kompak dengan judulnya, Step Up 3D *bukan *Step Up 3. Sepertinya film ini sekaligus menegaskan kalau ini adalah upgrade *dari film bergenre sejenis sebelumnya. Jika film ini ditampilkan dalam format 2D, mungkin ‘feel’nya akan berbeda. So*, sangat disarankan untuk menonton versi 3D-nya.
Harus diakui efek 3D film ini sangat bagus. Semua detil filmnya--bahkan ketika adegan non-dance--tampak dikonversi menjadi full 3D. Bahkan bila dibandingkan dengan film Street Dance 3D, film ini masih lebih bagus. Belum lagi efek popping eye-nya sangat terasa dan sangat entertaining tentunya.
Selain itu musik-musik pengiring dance *di film ini juga sangat *catchy. IMHO music di film Step Up 3D masih lebih bagus daripada di Street Dance 3D. Total 34 soundtrack *yang mengiringi film ini tidak mengecewakan, terutama *main soundtrack *di lagu *Club Can't Handle Me *yang dinyanyikan Flo Rida terdengar sangat *catchy.
Jika Anda mengharapkan jalan cerita pada film ini, mungkin Anda akan kecewa. Karena ceritanya sangat biasa dan mudah ditebak. Namun jika Anda merupakan penggemar dance, film ini akan sangat menghibur.
*So, let's dance and forget about the story anyway.

Step Up 3D: Lupakan Jalan Cerita, Nikmati Saja Tariannya



  Bagi penggemar berat film dance ataupun hip-hop lovers, tahun 2010 ini tampaknya dapat memberikan kepuasan tersendiri dengan hadirnya 2 film bertemakan dance. Yang pertama Street Dance 3D, dan yang kedua adalah Step Up 3D. Dari 2 film ini, seolah menandakan bahwa era 3 dimensi mulai memasuki industri musik dunia.
Masih setia dengan tema kehidupan penari jalanan, Step Up 3D kembali menampilkan beberapa wajah-wajah lama yang pernah bermain sebelumnya pada Step Up 2. Sebut saja Adam G. Sevani yang dulu berperan sebagai Moose, kini menjadi tokoh kunci dalam film Step Up 3D. Moose yang diceritakan berkuliah di Universitas New York akhirnya kembali terlibat dengan kelompok penari jalanan bernama ‘Pirates’.
Sepertinya mudah menebak jalan cerita film ini, karena konflik yang dihadirkan tak lebih dari persaingan dua kelompok penari jalanan yang sama-sama ingin memenangkan sebuah kompetisi* dance* bergengsi. Anda tidak perlu menonton 2 film sebelumnya untuk mengerti cerita film ini. Walaupun ada sekuel dari film Step Up 1 *dan *2, jalan cerita film ini tidak terlalu berhubungan dengan film sebelumnya. Jalan ceritanya sendiri cenderung mudah ditebak, dan ‘klise’!
But wait, this movie is not all about the story...
Yup*, kita nonton film ini bukan untuk menikmati jalan ceritanya, tapi lebih pada aksi dance yang sangat menghibur dengan hentakan musik hip-hop yang dapat membuat kita bersemangat. Apalagi format 3D dalam film ini mempunyai kelebihan tersendiri. Malah bisa dibilang 3D menjadi ‘penunjang utama' dalam film berdurasi satu jam setengah ini.
Terasa kompak dengan judulnya, Step Up 3D *bukan *Step Up 3. Sepertinya film ini sekaligus menegaskan kalau ini adalah upgrade *dari film bergenre sejenis sebelumnya. Jika film ini ditampilkan dalam format 2D, mungkin ‘feel’nya akan berbeda. So*, sangat disarankan untuk menonton versi 3D-nya.
Harus diakui efek 3D film ini sangat bagus. Semua detil filmnya--bahkan ketika adegan non-dance--tampak dikonversi menjadi full 3D. Bahkan bila dibandingkan dengan film Street Dance 3D, film ini masih lebih bagus. Belum lagi efek popping eye-nya sangat terasa dan sangat entertaining tentunya.
Selain itu musik-musik pengiring dance *di film ini juga sangat *catchy. IMHO music di film Step Up 3D masih lebih bagus daripada di Street Dance 3D. Total 34 soundtrack *yang mengiringi film ini tidak mengecewakan, terutama *main soundtrack *di lagu *Club Can't Handle Me *yang dinyanyikan Flo Rida terdengar sangat *catchy.
Jika Anda mengharapkan jalan cerita pada film ini, mungkin Anda akan kecewa. Karena ceritanya sangat biasa dan mudah ditebak. Namun jika Anda merupakan penggemar dance, film ini akan sangat menghibur.
*So, let's dance and forget about the story anyway.