Akhirnya muncul juga sebuah film yang bisa membuat kamu sadar meski
penyesalan itu selalu datang terlambat. Sebuah film karya Sony Gaokasak
dibawah naungan PT. KHARISMA STARVISION PLUS membuat airmata
kamu bakal berguguran jatuh menetes di pipi ketika melihatnya. Sebuah
karya yang bisa mengingatkan kenangan indahmu bersama sang ibu dimana
wanita yang telah melahirkan kamu ke dunia telah tenang berada di Surga.
Sungguh-sungguh memilukan. Usut punya usut, film yang akan tayang di bioskop Indonesia pada 22 Desember mendatang itu diadaptasi dari sebuah novel karya Tere-Liye. Novel berjudul HAFALAN SHALAT DELISA yang terbit pertama kali pada tahun 2005 sudah memasuki cetakan keempat dua tahun setelah terbit. Dan mungkin saja saat ini masih banyak pembaca novel yang mengincar seiring dengan pemutaran film tersebut di layar lebar.
Mengambil setting peristiwa Tsunami di Aceh, buku ini penuh dengan
konflik di setiap bagian. Diawali dengan cerita tentang keluarga kecil
di Lhok Nga, keluarga Usman. Ummi, Cut Fatimah, Cut Zahra, Cut Aisyah,
dan si bungsu Delisa yang merupakan tokoh sentral di novel ini. Drama
kehidupan sosial masyarakat Aceh pun dimulai. Religius, sederhana dan
tenang. Sampai akhirnya peristiwa Tsunami terjadi, meliukkan tarian
kematian, mengubah mimpi jadi tangisan.Itu baru cerita novel. Bagaimana
dengan filmnya sendiri? Tentu nggak kalah bagus dan sangat menyayat hati
lantaran bisa kita nikmati secara visual.
|
|
Delisa (Chantiq Schagerl) gadis
kecil yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh,
mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahardian),
ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak
Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir),
serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar
Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi).
Pada suatu hari, Delisa mendapatkan tugas dari gurunya, Ibu Guru Nur,
untuk menghafal bacaan shalat. Ummi Delisa memberikan motivasi sekaligus
imbalan hadiah kalung jika ia berhasil untuk menghafal bacaan shalat
tersebut.
Kalung berinisial ‘D’ yang berarti Delisa
Tekadnya yang kuat dibantu oleh kakak-kakanya serta Pak Ustadz Rahman,
guru TPA Delisa. Ia bertekad harus lancar saat praktik bacaan shalat di
depan Ibu Guru Nur dan teman-temannya. Shalat yang sempurna baginya
untuk pertama kali.
|
|
26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian
praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa yang cukup membuat ibu dan
kakak-kakak Delisa ketakutan.
Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung
sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu
lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara.
Delisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, setelah berhari-hari
pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa
harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang.Prajurit
Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi
Usman berhasil menemukan Delisa. >>>
|
elisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar
kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada
di mana.
Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa
putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya,
Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap
kehadirannya.
Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa
menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau airmata rasanya tak ingin
berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas,
mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.
|
"Delisa cinta Ummi karena Allah"
Kalimat tersebut pernah diucapkan
Delisa di depan Umminya. Dan untuk kedua kalinya, bocah 6 tahun itu
mengucapkan kalimat itu lagi dan mengganti kata Ummi menjadi Abi. Abi
Usman yang sempat kehilangan arah mendadak berurai airmata mendengar
ucapan bungsunya. Ucapan Delisa yang semakin membuatnya tegar dan tak
pernah mengeluh meski harus berjalan tanpa dua kaki. Akhir cerita,
Delisa yang sempurna membaca bacaan shalat untuk pertama kalinya
mendapatkan sebuah hadiah dari Allah, hadiah yang tak bisa dinilai
dengan apapun dan seolah mengobati rasa rindunya yang mendalam pada
Ummi. Ia menemukan jasad (tulang belulang) bundanya yang selama ini
hilang akibat tsunami dalam keadaan memegang kalung yang akan
dihadiahkan padanya itu.
|
Kamis, 24 Januari 2013
Hafalan Shalat Delisa : Belajar Dari Bocah 6 Tahun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar