Kamis, 24 Januari 2013

Transformers: Dark of The Moon



Ketika  pertama kali mendengar pengumuman bahwa franchise Transformers akan diadaptasi ke format live action movie di layar lebar, para fanboys T-Formers seluruh dunia gempar gembira dan hasilnya pun cukup memuaskan. Walau jalan ceritanya cukup standar, namun special effect CGI yang digunakan sutradara Michael Bay sungguh menghibur mata bagaikan seorang balita yang pertama kali melihat kembang api. 
Terserah jika banyak orang yang pernah dan masih merasa pesimis dengan penggarapan Transformers oleh Michael Bay selama ini, tapi harus diakui bahwa Bay mempunyai imajinasi yang jenius dalam menggambarkan sebuah visi a real life Transformers di hadapan mata manusia. It was amazing!
Proses transformasi para robot dari kendaraan menjadi raksasa di eksekusi dengan cerdas, bahkan diluar bayangan kita semua. Action sequence kejar-kejaran dan pertempuran antara Autobots dan Decepticon di koreograf dengan rapih dan mengesankan. Tak hanya special effect robot saja, namun semua lelaki pasti mengakui bahwa Megan Fox terlihat sangat 'eye candy' di film tersebut. Gak usah pusing memikirkan plot dan character development dalam film ini karena kita penonton sudah merasa terpuaskan dengan visual yang sangat luar biasa. 
Lalu bagaimana dengan sequel-nya Tranformers: Revenge of the Fallen?

Typical Michael Bay movie. Merasa sukses dengan instalasi pertama Transformers mungkin membuatnya lebih cuek dengan plot cerita yang seharusnya lebih menarik dalam sekuel ini. Visual spesial efek-nya tetap menakjubkan, tapi para penonton tidak disuguhkan sebuah kisah yang substansial dan mendalam mengenai para robot-robot asal planet Cybetron ini. Konten Revenge of The Fallen ini hanya perkelahian, kejar-kejaran, dan memamerkan body Megan Fox. >>>
Michael Bay dan aktor Shia LaBeouf pun mengakui bahwa sekuel Transformers ini kurang bagus dan berjanji akan lebih baik menggarap dengan 'hati' sekuel berikutnya yaitu Transformers: Dark of The Moon. 
Hasilnya?
Another typical 
Michael Bay movie.
Masih mengecewakan.
(terutama karena tidak ada Megan Fox walau aktingnya juga engga bagus-bagus amat) 
 
Instalasi ketiga Transformers yang juga dianggap sebagai finale ini membuka ceritanya dengan sebuah prolog misi luar angkasa paling terkenal yaitu Apollo 11 pada tahun 1969. Sejarah menceritakan bahwa Neil Armstrong dan rekan-rekannya dikirim oleh NASA sebagai manusia pertama yang menginjak kaki di bulan.
Namun di film ini, misi tersebut hanyalah sebagai kedok dari misi sebenarnya yaitu menyelidiki benda tak dikenal yang menabrak bulan pada tahun 1961. Tidak ingin didahului oleh Uni Soviet, maka Amerika serikat berlomba untuk lebih dahulu mencapai bulan dan kemudian merahasiakan penemuan sebuah pesawat luar angkasa yang dipenuhi bangkai robot.
Puluhan tahun penemuan tersebut dirahasiakan pemerintah Amerika Serikat sampai akhirnya dalam suatu misi di Chernobyl The Autobots yang tengah bekerjasama dengan tentara Amerika dalam menjaga kedamaian dunia (red: ew!) menemukan sel bahan bakar dari pesawat luar angkasa tersebut. Ternyata pesawat yang mereka sebut sebagai "Ark" ini adalah pesawat yang berhasil melarikan diri dari perang planet Cybertron, dan memuatkan benda penting "The Pillars" yang mampu mengakhiri konflik antara Autobots dan Decepticons.
Sang pemimpin Optimus Prime akhirnya mengetahui selama ini pemerintah Amerika Serikat telah merahasiakan salah satu peninggalan penting dari planetnya. Ditemani oleh Ratchet, Optimus pun pergi ke bulan dan di dalam Ark tersebut ia menemukan The Pillars serta leluhur pemimpin The Autobots Sentinel Prime dalam keadaan koma.
Kembali ke bumi Optimus segera menghidupkan Sentinel Prime menggunakan kekuatan energi Matrix of Leadership, dan berdua mereka baru menyadari bahwa jumlah Pillar yang ditemukan ternyata tidak lengkap. Sam Witwicky (Shia Labeouf) yang sudah mempunyai pacar baru bernama Carly Spencer (Rosie Huntington-Whiteley) menyadari bahwa The Decepticons lah yang memegang Pillar yang hilang dan dahulu kala Sentinel Prime sudah berjanji akan kerjasama membantu Megatron membangun kembali planet Cybertron.
Bagaimanakah Optimus Prime dan kawan-kawan dapat mengalahkan Megatron dan pasukan Decepticons yang dibantu oleh leluhurnya sendiri?
 

Secara keseluruhan film ini memang mempunyai cerita dasar yang cukup memikat sangat membosankan, padahal masih bisa dikembangkan potensialnya. Sayang sekali Michael Bay  mengabaikan untuk lebih memperhatikan detail-detail kecil yang sangat mempengaruhi keseluruhan film ini.
Pertama, Dark Of The Moon mempunyai durasi 2 jam dan 30 menit yang terlalu panjang untuk sebuah film yang masih menggunakan trademark formula yang sama seperti dua Transformers sebelumnya, yaitu... 
The 6 C's 
of Michael Bay:
 
Chases, Clashes, 
Crashes, Combustions, 
Carnage, and 
Cleavage. 
Untuk film Transformers perdana mungkin masih bisa ditoleransi berkat menggunakan terobosan special effect yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun apabila  berulang kali digunakan terus untuk film berikut-berikutnya, tentunya akan terlalu meletihkan penonton dan tidak menantang intelektual penonton dewasa. Setelah 1 stengah jam, kemungkinan anda akan mulai risih bertanya 'kapan sih nih film abisnya?'
Kebiasaan sutradara Michael Bay yang lebih mementingkan kecantikan visual gambar ketimbang kompleksitas dan detail alur cerita adalah kelemahan utama dari franchise film Transformers ini (red: atau semuanya). Memang tidak ada film yang sempurna bebas dari cela, namun tidak ada salahnya sedikit meluangkan waktu untuk menggarap cerita yang ketat dan sedikit masuk akal. >>>
 
Contohnya, hukum fisika di dunia film Transformers berbeda dengan ilmu alam nyata. Robot-robot yang tumbang dan gedung hancur beruntuhan tidak mungkin akan menimpa manusia-manusia kecil di bawahnya. Melalui sebuah portal, planet yang terbuat dari besi mampu dibawa mendekati bumi tanpa terjadinya konflik gravitasi antara dua planet tersebut. It doesn't make sense.
Sangat dimengerti bahwa Tranformers adalah kisah fantasi dan fiksi, namun tidak ada salahnya ada keseimbangan antara elemen fiction fantasy (eksistensial robot raksasa) dan reality (kehidupan nyata sehari-hari penonton) karena itulah yang membuat sebuah film fiksi menjadi sukses.
Tak hanya itu, plot hole dalam cerita film ini terlalu berlebihan seakan terkesan karakter-karakter dalam film ini tidak ada yang mempunyai akal sehat (red: otak).
Contohnya, sepanjang film ini  semua orang dengan mudahnya membocorkan rahasia masing-masing. Seorang manusia biasa seperti Carly dengan gampangnya mampu meyakinkan seorang pemimpin berdarah dingin seperti Megatron untuk mengkhianati Sentinel Prime. Kalau untuk sebuah soap opera atau sinetron mungkin hal seperti ini masih bisa ditoleransi, namun berbeda apabila untuk sebuah film layar lebar yang mencantumkan nama Steven Spielberg. 

Kedua, sutradara Michael Bay sepertinya emang tidak mau pusing memilih casting atau emang hanya membutuhkan kecantikan saja. sebagai model cantik Rosie Huntington-Whiteley memang sangat 'enak' untuk dilihat, tapi untuk mengejar karir akting kami harap Rosie berhenti disini saja. She is a very horrible actor. Tidak ada chemistry yang  terlihat sama sekal iantara karakter yang diperankan Rosie Huntington-Whiteley dengan Shia Labeouf. 
Ketiga, sebetulnya jalur cerita film ini tidak begitu berbeda dengan film sebelumnya Transformers: Revenge Of The Fallen, yaitu munculnya sebuah robot kuno yang harus dikalahkan oleh Optimus Prime. Selain cerita yang sangat sederhana itu, banyak karakter-karakter tidak penting yang terus muncul di film ini. Contohnya, Simmons yang diperankan oleh John Turturro tidak mempunyai peran yang penting dalam segi cerita.
OverallDiluar penampilan visualnya yang sangat eye-catchy, film ini sangat membosankan dengan durasinya yang panjang dan alur ceritanya yang terlalu 'kentang' untuk pemirsa dewasa jaman kini.  Tapi untuk anak-anak, kami jamin pasti sangat senang melihat action para robot berkelahi sampai hancur berkeping-keping.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar