Franchise film 'The Twilight Saga' yang beberapa tahun ini sangat digemari oleh para kalangan anak muda (red: moga-moga hanya wanita saja yah) kini sudah mencapai instalasi terakhirnya yaitu 'Breaking Dawn.' Namun, film ke-empat ini bukanlah yang terakhir, karena adatapsi layar lebar dari salah satu buku bestseller karya Stephenie Meyer ini telah dibagikan menjadi dua bagian: Part 1 dan Part 2, dikarenakan ceritanya yang cukup panjang dalam format originalnya.
Konsep pembagian ini memang sangat familiar karena sudah pernah diterapkan dalam instalasi terakhir franchise 'Harry Potter,' dan bagimana hasilnya? 'Harry Potter' telah berhasil menyuguhkan sebuah finale mengagumkan yang sangat memuaskan untuk para fansnya. Dengan tema yang lebih melodramatis dan tentunya fans yang sangat segmented, dapatkah 'The Twilight Saga: Breaking Dawn' menyuguhkan suatu finale yang juga spektakuler?
|
|
Sebelum ulasan ini berlangsung lebih lanjut, alangkah pentingnya untuk mengklarifikasi terlebih dahulu bahwa:
1. walau ulasan ini tampak berat sebelah menjatuhkan 'Breaking Dawn Part 1' sebagai film yang tidak layak untuk dipertontonkan, namun segala faktor positif dan negatif tentang franchise 'Twilight
Saga' selalu dipertimbangkan dengan baik dan adil. Karena jujur saja,
walau berat hati, namun kami sudah menyempatkan diri untuk menonton
semua instalasi 'Twilight Saga' yang pernah ada.
|
2. Walau kami merasa konsep vampir dalam 'Twilight Saga' ini
sedikit menoda dan merusak imej vampir yang selama ratusan tahun
digambarkan sebagai makhluk terkutuk yang buas dan tiada ampun, kami
masih bisa menerima bahwa ada kemungkinan kecil (red: sangat kecil!) vampir itu memang bergemerlap cantik apabila terkena cahaya matahari. Thumbs up shiny Edward!
3. Seburuk apapun anggapan kami tentang acting performance yang
dilagakan oleh semua pemeran film ini, kami masih bisa mengerti kenapa
film ini sangat nge-hits sekali di kalangan anak muda, terutama wanita.
Kalau laki-laki yang ngefans, kami angkat tangan dan tidak mau mengerti.
|
'Breaking Dawn Part 1' ini dengan eksklusif mengangkat
perkawinan Bella Swan (Kristen Stewart) dengan kekasih vampirnya Edward
Cullen (Robert Pattinson) hingga pada akhirnya melepaskan keperawanannya
dalam honeymoon mereka di Brazil. Namun, perkawinan mereka
yang seharusnya membawakan kebahagian justru menjadi suatu malapetaka
ketika Bella mulai menyadari kehamilannya. Dan kemudian... kami tidak
mampu untuk lebih panjang menjelaskannya karena tidak sanggup duduk diam
menyaksikan cerita yang sedikit bertele-tele dan dialog yang
membosankan dan menyayat nadi dengan melodrama yang berlebihan.
Tentunya, part 1 mempunyai alur yang akhirnya mengantar kepada part 2 yang
akan lebih menyuguhkan aksi peperangan antara vampir dan werewolf.
Namun, dengan durasi yang cukup panjang yaitu hampir 2 jam, pertanyaan
yang terus terpikirkan adalah:
mengapa 'Breaking Dawn' harus dibagikan menjadi 2 bagian?
Overall, Breaking Dawn Part 1 tetap mempunyai faktor-faktor
yang hampir sama dengan instalasi sebelum-sebelumnya, dan yang paling
menyakitkan adalah melihat akting buruk dari para pemerannya, terutama
Kristen Stewart sebagai Bella yang tak berubah erlihat hanya 1 dimensi.
Setidaknya dalam film ini Jacob (Taylor Lautner) mempunyai alasan yang
kuat untuk bertelanjang dada dibanding instalasi-instalasi sebelumnya.
Sepertinya satu-satunya cara untuk menikmati Twilight Saga hanyalah
dengan membaca bukunya terdahulu, lalu kemudian memperbandingkan
perbedaan diantara dua format tersebut. Bagi mereka yang tidak mengikuti
bukunya, sekilas akting buruk dan adegan-adegan yang tidak penting
dalam film ini terkesan seperti parodi tersendiri tentang buku
tersebut. Sorry Twilight fans, don't mean to sound cruel.
|
Kamis, 24 Januari 2013
Twilight Saga: Breaking Dawn Part 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar