Kamis, 24 Januari 2013

I Saw The Devil: Iblis Yang Nyata

PERINGATAN! Film yang akan kami ulas berikut ini bukanlah untuk penonton yang gampang mual atau mempunyai jantung yang lemah. Ini bukan sekedar Hollywood slasher flick dengan pemeran model berpakaian minim dan adegan pembunuhan yang terkesan memuaskan dan keren.The Last House on the Left (2009) dan I Spit on Your Grave (2010) garapan Hollywood tampak seperti film ringan apabila diperbandingan dengan film Korea Selatan ini.
I Saw The Devil produksi tahun 2010 yang di sutradara Kim Jee-Won (A Tale of Two Sisters, 2003) sudah melalui tujuh tahap pemotongan skenario yang dipaksa badan sensor Korea Selatan agar dapat layak ditayangkan di sinema. Hasilnya pun masih banyak dengan adegan penuh kekerasan dan penganiayaan brutal yang membuat miris (terutama wanita) sehingga anda tak akan bisa duduk tenang selama menonton.
Masih penasaran dengan film ini walaupun resikonya akan menghantui pikiran anda? Baiklah.

I Saw The Devil tidak dimulai dengan muluk-muluk. Di sebuah jalan pedesaan yang terisolasi, seorang wanita muda bernama Joo-Hyun (Oh San-Sa) terjebak di malam bersalju lebat karena mobilnya mogok. Sambil menunggu bantuan, sebuah mobil lewat. Muncul sosok asing bertampang lusuh yang menghampirinya dan menawarkan bantuan. Entah karena tidak kenal dan tidak ingin merepotkan, atau mungkin tidak nyaman dengan pandangan mata pria bernama Kyung-Chul (Choi Min-Sik) tersebut, Joo-Hyun dengan sopan menolak bantuannya.
Pria misterius itu pun kembali ke dalam mobilnya. Tak disangka tiba-tiba Kyung-Chul kembali mendatangi mobil Joo-Hyun dan serta merta membabi buta menghancurkan kaca mobil. Setelah berhasil membobol masuk, dengan bengis Kyung-Chul menghajar wanita malang itu dengan palu tanpa ampun.
Itulah adegan pembuka dalam film
I Saw The Devil.
Pertanyaan pertama yang muncul dari benak penonton bisa dipastikan: 'Kenapa?'. Kyung-Chul sesungguhnya adalah seorang psikopat berbahaya yang menggemari aksi pembunuhan sebagai rekreasi semata. Dengan ganas dia telah membunuh belasan korban dari wanita hingga anak-anak dengan cara-cara yang tak terbayangkan. Dari kekerasan seksual hingga tindakan mutilasi, Kyung-Chul tidak pernah tanggung-tanggung dalam mengeksekusi semua korbannya.
Mungkin sudah nasibnya Kyung-Chul sebagai pembunuh berantai yang tak pandang mata memilih korban, Joo-Hyun yang baru ia bunuh adalah putri mantan kepala polisi dan calon suaminya Soo-Hyun (Lee Byung-Hun) adalah seorang agen rahasia. Menemukan mayat calon istrinya dalam kondisi mengenaskan di sebuah sungai, Soo-Hyun bersumpah akan memberikan rasa sakit seribu kali lipat yang dirasakan sang tunangan kepada orang yang telah membunuhnya.

Disinilah sebenarnya kisah I Saw The Devil dimulai. Dengan bantuan sang calon mertua yang masih mempunyai akses data kepolisian, Soo-Hyun mendapat intel sejumlah calon tersangka yang mempunyai sejarah kriminal dengan motif yang diperkirakan cocok. Setelah satu per satu ditelusuri, Soo-Hyun akhirnya menemukan bahwa Kyung-Chul adalah pelakunya, dan merencanakan aksi balas dendam.
Pengejaran Soo-Hyun akhirnya mengantarkannya pada Kyung-Chul di tengah-tengah aksinya 'menyantap' salah satu calon korbannya, dan tanpa banyak buang waktu, ia pun menghajar Kyung-Chul habis-habisan. Disinilah I Saw The Devil membuktikan bahwa film ini bukanlah film balas dendam yang tipikal, dimana sang sutradara memutuskan untuk memberikan twist cerita yang cukup menarik -- saat akhirnya Kyung-Chul tidak sadarkan diri, di luar dugaan Soo-Hyun ternyata memutuskan untuk membiarkan Kyung-Chul hidup, bahkan membekalinya dengan sejumlah uang untuk bertahan.
Rasa duka mendalam seorang pria yang kehilangan wanita yang dicintainya karena dibunuh rupanya menghantam akal sehat Soo-Hyun, sehingga tekad balas dendam yang sudah sangat menggebu bukanlah sesuatu yang mudah ditahan. Sosok Soo-Hyun yang sedang rapuh ini pun dengan mudah terlahap sisi tergelap jiwanya sendiri. Soo-Hyun tak ingin membunuh Kyung-Chul begitu saja, karena kematian yang instan tidak setara dengan siksaan yang mungkin dialami mendiang Joo-Hyun. Ia ingin melancarkan balas dendamnya secara perlahan-lahan, dengan memberikan rasa teror serupa pada Kyung-Chul melalui penyiksaan bertahap.

Amanat sutradara Jee-woon Kim dalam I Saw The Devil tentunya bukan sekedar tentang kisah balas dendam yang umum, namun memiliki jalur cerita yang lebih mendalam. Film ini dengan baik mempertanyakan faktor apakah yang menciptakan suatu monster. Sang antagonis Kyung-Chul bukanlah seorang pembunuh berantai yang umum.
Tumbuh dari lingkungan pemukiman terbengkalai yang dalam kenyataannya merupakan hal yang umum di Korea Selatan, terlahirlah sebuah sosok monster yang cerdas, sadis, dan tak mengenal rasa takut. Kegemaran dan caranya dalam menyiksa korban pun membenarkan kita untuk mendukung balas dendam Soo-Hyun. 
Namun, dengan metode balas dendam yang ia pilih, Soo-Hyun terlihat seakan mulai menikmati permainan kucing dan tikus yang brutal ini, dan perlahan jadi serupa dengan sosok "setan" Kyung-Chul yang ia benci.
Pertarungan antara dua karakter ini berhasil dengan begitu sempurna diciptakan oleh dua pemerannya. Sebagai Soo-Hyun, aktor Lee Byung-Hun mampu memberikan gambaran tepat seorang agen rahasia terlatih yang terguncang karena kematian sang tunangan. Yang awalnya digambarkan tegas namun romantis, terlihat dengan jelas transisinya menjadi pembalas dendam yang tidak memiliki belas kasihan.
Lee juga mendapatkan lawan main yang juga tak kalah 'ganas' yakni Choi Min-sik yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya aktingnya. Terkenal dengan peran utamanya di film Old Boy (2003), aktor yang sudah eksis sejak tahun 1989 ini mempunyai daya hipnotis dalam memperagakan karakter berdarah dingin yang memikat sebagaimana Anthony Hopkins sebagai Hannibal Lecter di THe Silence Of The Lambs (1991). Walau karakter Kyung-Chul minim dialog, namun segala gejolak perasaan dan emosi mampu diekspresikan dengan baik hanya dengan permainan mata dan bibir yang didukung oleh sinematografi yang elok.
evil vs. evil
Tak ada batas hitam dan putih atau "hero" dan "villain" dalam film ini. Kita hanya diberi pencerahan secara realistik atas kemampuan manusia untuk menerobos batas-batas manusiawi, sehingga keyakinan apa yang benar atau salah diserahkan seluruhnya kepada naluri hati penonton. Tidak heran kalau banyak pihak yang tidak senang dengan tingkat kesadisan film ini. Jika anda adalah penonton yang nyaman melihat gambaran realistis pembunuh berantai yang sesungguhnya, anda pasti akan mengapresiasi I Saw The Devil dan memahami mengapa film ini patut dihargai sebagai film thriller terbaik sejak beberapa tahun ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar