PERINGATAN! Film yang akan kami ulas
berikut ini bukanlah untuk penonton yang gampang mual atau mempunyai
jantung yang lemah. Ini bukan sekedar Hollywood slasher flick dengan
pemeran model berpakaian minim dan adegan pembunuhan yang terkesan
memuaskan dan keren.The Last House on the Left (2009) dan I Spit on Your
Grave (2010) garapan Hollywood tampak seperti film ringan apabila
diperbandingan dengan film Korea Selatan ini.
I Saw The Devil produksi tahun 2010 yang di sutradara
Kim Jee-Won (A Tale of Two Sisters, 2003) sudah melalui tujuh tahap
pemotongan skenario yang dipaksa badan sensor Korea Selatan agar dapat
layak ditayangkan di sinema. Hasilnya pun masih banyak dengan adegan
penuh kekerasan dan penganiayaan brutal yang membuat miris (terutama
wanita) sehingga anda tak akan bisa duduk tenang selama menonton.
Masih penasaran dengan film ini walaupun resikonya akan menghantui pikiran anda? Baiklah.
|
|
I Saw The Devil tidak dimulai dengan
muluk-muluk. Di sebuah jalan pedesaan yang terisolasi, seorang wanita
muda bernama Joo-Hyun (Oh San-Sa) terjebak di malam bersalju lebat
karena mobilnya mogok. Sambil menunggu bantuan, sebuah mobil lewat.
Muncul sosok asing bertampang lusuh yang menghampirinya dan menawarkan
bantuan. Entah karena tidak kenal dan tidak ingin merepotkan, atau
mungkin tidak nyaman dengan pandangan mata pria bernama Kyung-Chul (Choi
Min-Sik) tersebut, Joo-Hyun dengan sopan menolak bantuannya.
Pria misterius itu pun kembali ke dalam mobilnya. Tak disangka tiba-tiba
Kyung-Chul kembali mendatangi mobil Joo-Hyun dan serta merta membabi
buta menghancurkan kaca mobil. Setelah berhasil membobol masuk, dengan
bengis Kyung-Chul menghajar wanita malang itu dengan palu tanpa ampun.
Itulah adegan pembuka dalam film
I Saw The Devil. |
Pertanyaan pertama yang muncul dari benak penonton bisa dipastikan:
'Kenapa?'. Kyung-Chul sesungguhnya adalah seorang psikopat berbahaya
yang menggemari aksi pembunuhan sebagai rekreasi semata. Dengan ganas
dia telah membunuh belasan korban dari wanita hingga anak-anak dengan
cara-cara yang tak terbayangkan. Dari kekerasan seksual hingga tindakan
mutilasi, Kyung-Chul tidak pernah tanggung-tanggung dalam mengeksekusi
semua korbannya.
Mungkin sudah nasibnya Kyung-Chul sebagai pembunuh berantai yang tak
pandang mata memilih korban, Joo-Hyun yang baru ia bunuh adalah putri
mantan kepala polisi dan calon suaminya Soo-Hyun (Lee Byung-Hun) adalah
seorang agen rahasia. Menemukan mayat calon istrinya dalam kondisi
mengenaskan di sebuah sungai, Soo-Hyun bersumpah akan memberikan rasa
sakit seribu kali lipat yang dirasakan sang tunangan kepada orang yang
telah membunuhnya.
|
![]()
Disinilah sebenarnya kisah I Saw The Devil dimulai.
Dengan bantuan sang calon mertua yang masih mempunyai akses data
kepolisian, Soo-Hyun mendapat intel sejumlah calon tersangka yang
mempunyai sejarah kriminal dengan motif yang diperkirakan cocok. Setelah
satu per satu ditelusuri, Soo-Hyun akhirnya menemukan bahwa Kyung-Chul
adalah pelakunya, dan merencanakan aksi balas dendam.
Pengejaran Soo-Hyun akhirnya mengantarkannya pada Kyung-Chul di
tengah-tengah aksinya 'menyantap' salah satu calon korbannya, dan tanpa
banyak buang waktu, ia pun menghajar Kyung-Chul habis-habisan.
Disinilah I Saw The Devil membuktikan bahwa
film ini bukanlah film balas dendam yang tipikal, dimana sang sutradara
memutuskan untuk memberikan twist cerita yang cukup menarik -- saat
akhirnya Kyung-Chul tidak sadarkan diri, di luar dugaan Soo-Hyun
ternyata memutuskan untuk membiarkan Kyung-Chul hidup, bahkan
membekalinya dengan sejumlah uang untuk bertahan.
![]()
Rasa duka mendalam seorang pria yang kehilangan wanita yang dicintainya
karena dibunuh rupanya menghantam akal sehat Soo-Hyun, sehingga tekad
balas dendam yang sudah sangat menggebu bukanlah sesuatu yang mudah
ditahan. Sosok Soo-Hyun yang sedang rapuh ini pun dengan mudah terlahap
sisi tergelap jiwanya sendiri. Soo-Hyun tak ingin membunuh Kyung-Chul
begitu saja, karena kematian yang instan tidak setara dengan siksaan
yang mungkin dialami mendiang Joo-Hyun. Ia ingin melancarkan balas
dendamnya secara perlahan-lahan, dengan memberikan rasa teror serupa
pada Kyung-Chul melalui penyiksaan bertahap.
|
|
Amanat sutradara Jee-woon Kim dalam I Saw The Devil tentunya
bukan sekedar tentang kisah balas dendam yang umum, namun memiliki
jalur cerita yang lebih mendalam. Film ini dengan baik mempertanyakan
faktor apakah yang menciptakan suatu monster. Sang antagonis Kyung-Chul
bukanlah seorang pembunuh berantai yang umum.
Tumbuh dari lingkungan pemukiman terbengkalai yang dalam kenyataannya
merupakan hal yang umum di Korea Selatan, terlahirlah sebuah sosok
monster yang cerdas, sadis, dan tak mengenal rasa takut. Kegemaran dan
caranya dalam menyiksa korban pun membenarkan kita untuk mendukung balas
dendam Soo-Hyun.
|
Namun, dengan metode balas dendam yang ia pilih, Soo-Hyun terlihat
seakan mulai menikmati permainan kucing dan tikus yang brutal ini, dan
perlahan jadi serupa dengan sosok "setan" Kyung-Chul yang ia benci.
Pertarungan antara dua karakter ini berhasil dengan begitu sempurna
diciptakan oleh dua pemerannya. Sebagai Soo-Hyun, aktor Lee Byung-Hun
mampu memberikan gambaran tepat seorang agen rahasia terlatih yang
terguncang karena kematian sang tunangan. Yang awalnya digambarkan tegas
namun romantis, terlihat dengan jelas transisinya menjadi pembalas
dendam yang tidak memiliki belas kasihan.
|
![]()
Lee juga mendapatkan lawan main yang juga tak kalah 'ganas' yakni Choi
Min-sik yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya aktingnya. Terkenal
dengan peran utamanya di film Old Boy (2003), aktor yang sudah
eksis sejak tahun 1989 ini mempunyai daya hipnotis dalam memperagakan
karakter berdarah dingin yang memikat sebagaimana Anthony Hopkins
sebagai Hannibal Lecter di THe Silence Of The Lambs (1991).
Walau karakter Kyung-Chul minim dialog, namun segala gejolak perasaan
dan emosi mampu diekspresikan dengan baik hanya dengan permainan mata
dan bibir yang didukung oleh sinematografi yang elok.
evil vs. evil
Tak ada batas hitam dan putih atau "hero" dan "villain" dalam
film ini. Kita hanya diberi pencerahan secara realistik atas kemampuan
manusia untuk menerobos batas-batas manusiawi, sehingga keyakinan apa
yang benar atau salah diserahkan seluruhnya kepada naluri hati penonton.
Tidak heran kalau banyak pihak yang tidak senang dengan tingkat
kesadisan film ini. Jika anda adalah penonton yang nyaman melihat
gambaran realistis pembunuh berantai yang sesungguhnya, anda pasti akan
mengapresiasi I Saw The Devil dan memahami mengapa film ini patut dihargai sebagai film thriller terbaik sejak beberapa tahun ini
|
Kamis, 24 Januari 2013
I Saw The Devil: Iblis Yang Nyata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar