Pelayan tidak selamanya hanya pintar bekerja. Kalau kita jeli, akan
tertangkap adanya kecerdasan, semangat dan jiwa pengabdian dalam diri
mereka. Ini bukan hal muskil, karena pelayan juga manusia. Rasa ingin
dihargai, adalah permintaan permanen yang harus ditangkap tanpa diminta.
Dan, jangan bilang kita adalah tuan yang baik, jika tak mampu menangkap
sinyal itu.
Film The Remains of The Day (TROTD) , mengisahkan tentang
kecerdasaan, kesetiaan dan pemahaman lain dari seorang pelayan bernama
Steven ( Anthony Hopkins). Dia adalah kepala pelayan Sir Darlington di
Darlington Hall. Diceritakan, Steven berangkat ke rumah mantan
bawahannya, Miss Kenton ( Emma Thompson). Ia hendak meminta Kenton
kembali bekerja, karena Lord Darlington telah digantikan oleh Mr.
Farraday, orang Amerika. Keinginan Steven mencari Kenton, hanyalah
‘bahasa film’ yang ditujukan untuk memberi energi bagi tontonan ini.
Sang sutradara, James Ivory, sebelumnya sudah memberi gambaran lain
tentang beda Steven, dengan para pelayan pada umumnya. Pria pendiam itu,
pria setia dan pandai menjaga rahasia majikan.
Tamu-tamu Lord Darlington, semasa ia mengabdi, jelas bukan tamu
sembarangan. Berbagai ragam profesi para tamu, mulai dari politikus
hingga agamawan, senantiasa ia layani dengan baik.
Di meja makan, yang menjadi tempat pertemuan sang tuan dengan para tamunya itu, di sanalah Steven merekam semua pembicaraan.
Termasuk segala pembicaraan rahasia, hingga sang tuan digantikan tuan
yang baru lagi, semua rahasia yang ia dengar aman dikandung badan.
Saat Farraday ( Christopher Reeves) duduk menjadi tuan barunya, Steven
tetap mengunci rahasia tuan lamanya. Hal ini terjadi, saat tamu Farraday
mencoba mengorek rahasia Lord Darlington, mencoba bertanya ini itu,
termasuk rahasia soal politik ( pro Nazi) yang dianut sang tuan.
Farraday mencoba mengorek rahasia Lord Darlington
Steven memilih diam. Hal ini membuat para tamu tersinggung, karena ada
pelayanan yang berani menentang kemauan mereka. Ketika mereka menawarkan
detail gunjingan itu, agar diiyakan oleh Steven, lagi-lagi ia menolak. >>>
|
Farraday diam-diam merasa salut dengan pelayannya ini. Para tamu yang
marah, tersinggung dan kesal, coba dibujuk Farraday sebisa dia lakukan.
Berlatar belakang kehidupan bangsawan Inggris di era 1930-an, maka
pelayan jauh lebih marginal kedudukannya. Ia tak memiliki kuasa apapun
atas hidupnya, tapi Steven berbeda. Ia bukan hendak menentang, tapi sang
pelayan coba memberi satu sajian mendasar bahwa pelayan hanyalah
stempel nasib. Sementara kodrat sebagai manusia, adalah pasti dan harus
dijunjung tinggi.
Di luar itu, Steven membuka mata semua para tuan, bahwa pelayan memiliki
pengabdian setinggi gunung yang kadang sulit dinalar logika.
Salah satu buktinya, Steven tetap berdinas sebagai pelayan kepala, di
saat ayahnya sakit keras. Alasannya sederhana, ia menginginkan semua
perjamuan berjalan lancar, tanpa ada cela sedikit pun.
Dramatisasi hal ini, terekam dengan baik, manakala sang sutradara
mengeksplore dua sisi berlainan dalam satu situasi. Pertama adalah
situasi pesta, di mana Steven bekerja dengan cekatan, teliti dan ingin
mengamankan sang tuan dari cela kerja para pelayan bawahan.
Sementara, adegan kedua, adalah situasi hidup dan mati ayahanda Steven.
Pria ini sekarat dan tengah menunggu ajal. Tapi Steven memilih untuk
tetap berada di rumah tuannya, hingga perjamuan selesai.
Saat diberitahu ayahnya meninggal, Steven tercenung, menangis sebentar dan kemudian tabah lagi.
|
Rahasia Hati
Sikap tegas Steven diam-diam dikagumi Kenton. Tapi dinginnya Steven,
membuat Kenton pergi dan memilih mencari pria lain. Ia pamit dan
berharap menemukan pria terbaik. Di situlah, Steven merasa kehilangan.
Dalam kehilangannya, ia diminta Farraday tuan barunya, untuk mencari
mitra pembantu lain. Maka tak ada sosok lain, yang diingatnya, kecuali
Kenton.
Seperti diceritakan di awal tulisan ini, maka pergilah Steven mencari
Kenton. Berbekal alamat surat yang pernah dikirimkan Kenton padanya,
maka dimulailah pertemuan dua sosok pelayan, yang ternyata diam-diam
saling jatuh cinta. Film ini memang lumayan menguras otak, agak sulit
mengurainya. Apalagi ceritanya dilator belakangi peradaban perang dunia
kedua. Keangkeran Jerman, kehalusan Inggris dan keinginan serba praktis
manusia Amerika, harus dipahami lebih dulu, agar tidak bingung saat
mencerna dialog dan adegan saat menyaksikan film ini.
Seperti adegan saat tamu Darlington mengorek soal rahasia Pro Nazi. Di
sini, sutradara sudah menganggap penontonnya paham tentang maksud ucapan
ini. Sebuah pemahaman tentang banyaknya mata-mata, yang melahirkan
orang-orang penjual informasi. Di mana semua akibat ini, bermuara dari
perang dunia. Para tamu ingin mendapatkan info tentang Darlington. Sang bangsawan warga Inggris, yang bisa dijatuhkan lagi, jika memang benar terbukti Pro Nazi. Ini tentu menjadi kabar besar dan menjadikan keuntungan buat si tamu. Apalagi para tamu dan tuan Farraday adalah orang Amerika, yang digambarkan sebagai pemancing situasi sekaligus memanaskan. Diamnya Steven, memberi gambaran betapa kuatnya jiwa sang pelayan. Kekuatan yang ampuh untuk mengunci informasi mahal dan penting. Boleh dicatat, kepiawaian Anthony Hopkins berakting sebagai Steven, menjadi kekuatan film ini. Peraih piala Oscar sebagai dokter Hanibal Lecter dalam The Silence Of The Lambs itu, benar-benar menunjukan kelasnya. Peran sebagai pelayan, bersikap teguh, adalah kunci paling menawan. Steven juga pria berkarakter. Saat Kenton bertemu dengannya dan menceritakan pernikahannya yang tak bahagia, Steven tetap duduk dan bicara dengan nada hormat. |
Selama 20 tahun menikah, Kenton pergi meninggalkan suaminya sebanyak
tiga kali. Ini cerita yang digulirkan Kenton buat Steven. Jelas, Kenton
ingin meminta perhatian pada Steven. Tapi pria pelayan, yang
digambarkan makin sepuh, mencoba bijak dan memang ia pria bijak. Steven tak mau mencampuri perasaan Kenton, ia hanya minta Kenton kembali bekerja bersamanya. Lantas, bagaimana dengan urusan hati? Steven memilih memendamnya, sedalam-dalamnya. Meski tahu, sangatlah mudah Kenton luluh padanya, namun Steven mencegah desakan hatinya sendiri. Film TROTD yang diambil dari cerita novel karya Kazuo Ishiguro, memang pantas Anda tonton lagi. Setidaknya, Anda akan menemukan atmosfir baru sosok pelayan. Sosok pengabdi, yang kadang Anda lupakan jasanya. Sosok pintar, yang tanpa sengaja, malah Anda kuburkan kepandaiannya. Di luar itu, martabat sang pelayan seperti Steven, jauh melampaui martabat para penggede. Karena Steven tak tergiur jabatan dan uang bertumpuk-tumpuk. Ia juga sanggup bertahan membentengi diri dari goda wanita, juga pandai menjaga rahasia. Segala kelebihan, segala keunggulan yang lazimnya dimiliki para penggede, para orang pintar dan para politikus terhormat. Tapi nyatanya, segala lebih itu, dimiliki seorang pelayan belaka. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar